Langkah-langkah metode ilmiah
Metode ilmiah merupakan sebuah proses berpikir dalam
rangka memecahkan suatu masalah secara sistematis, empirin, dan terkontrol. Metode
ilmiah merupaka suatu langkah-langkah yang selalu digunakan oleh peneliti untuk
menjawab dan mneyelesaikan pertanyaan-pertanyan terkait masalah-masalah dan rasa ingin tahunya terhadap fenomena atau kejadian
yang terjadi. Sehingga metode yang diambil menghasilkan jawaban yang objektif
serta akurat, valid, dapat di pertanggung jawabkan, dan diterima secara
universal.
Setiap langkah-langkah
metode ilmiah tersebut dilakukan secara terjaga dan terkontrol. Adapun
langkah-langkah metode ilmiah adalah sebagai berikut:
1.
Merumuskan masalah
Langkah-langkah
metode ilmiah dimulai dengan sebuah kesadaran akan adanya masalah. Permasalahan
ini kemudian dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya.
2.
Merumuskan hipotesis
Rumusan
hipotesis yang jelas bisa membantu mengarahkan peneliti melanjutkan pada proses
selanjutnya dalam metode ilmiah.mm
3.
Mengumpulkan data
Pengumpulan data dilakukan di lapangan. Seorang saintis /
peneliti yang sedang menerapkan metode ilmiah harus mengumpulkan data dengan
mendasarkannya pada hipotesis yang telah dirumuskan.
4.
Menguji hipotesis
Dalam tahapan atau langkah menguji hipotesis,
saintis / peneliti tidak menyalahkan atau membenarkan hipotesis, namun menolak
atau menerima hipotesis tersebut.
5.
Merumuskan
kesimpulan
Rumusan
simpulan harus bersesuaian dengan rumusan masalah yang telah diajukan di awal.
Simpulan atau kesimpulan ditulis dalam bentuk kalimat deklaratif secara singkat
dan jelas.
Mitos yang ada di Lampung
Pada blog kali ini saya ingin bercerita tentang mitos salah satu suku yang berada di Pulau Sumatera yaitu Lampung. Mengapa saya memilih suku Lampung yang akan saya bahas di blog saya kali ini, karena kedua orang tua saya berasal dari Lampung. Ibu saya yang berasal dari Bukit Kemuning, dan bapak saya berasal dari Kalianda.
Seperti yang kita ketahui, negara Indonesia ini nergara yang
terdiri dari beberapa provinsi, tak terkecuali Lampung yang notabene nya
merupakan salah satu provinsi yang cukup besar di Indonesia. Kali ini gua mau
membahas tentang semua hal yang ada di lampung terutama mitosnya.
DI kalangan masyarakat di Lampung Barat, hidup sebuah mitos
yang unik. Cerita tentang Ratu Sekarmong, pemimpin Buay Tumi, yang hidup dan
berkuasa di kaki Gunung Pesagi sekitar tiga abad lalu. Ketika pengungsi dari
Pagarruyung--Umpu Nyerupa, Umpu Bejalan di Way, Umpu Pernong, dan Umpu
Belunguh--datang, mereka memutuskan bunuh diri masuk jurang daripada masuk
Islam.
Prof. Hilman Hadikusuma menyebut suku ini menganut
kepercayaan dinamis, ada pengaruh dari Hindu Bairawa. Ketika Islam masuk, Buay
Tumi menolak masuk Islam karena bertentangan dengan kepercayaan mereka. Mereka
pun diperangi keempat umpu itu, tetapi tak jelas apakah dalam peperangan itu
Buay Tumi tumpas atau tidak.
Mitos yang diyakini, mereka memutuskan terjun ke jurang di mana mengalir sebuah
sungai yang tak pernah keruh.
Lalu, keempat umpu dari Pagarruyung diyakini Prof. Hilman Hadikusuma merupakan
cikal-bakal Paksi Pak: Buay Nyerupa, Buay Bejalan di Way, Buay Pernong, dan
Buay Belunguh. Keturunan dari paksi-paksi ini yang kini menetap di Kabupaten
Lampung Barat, yang disebut masyarakat adat Lampung Barat.
Lantas, apakah anak keturunan Ratu Sekarmong, yang disebut Buay Tumi itu, masih
ada?
Almarhum Prof. Hilman Hadikusuma tidak pernah tuntas menjelaskan soal ini.
Apalagi, ternyata, bukan cuma empat paksi itu yang hidup di Lampung Barat. Ada
dua paksi lagi, yakni Buay Bulan (Nerima) dan Buay Anak Menyata (Anak Mentuha).
Dua buay yang disebut terakhir diyakini tak mau bergabung dengan empat buay
lainnya untuk membangun Kerajaan Skala Brak. Karena itu, empat paksi mengangkat
Buay Menyatu (Anak Mentuha) sebagai "yang dihormati" dan Buay Bulan
(Nerima) dikawinkan kepada orang lain. Buay Bulan (Nerima) ini diyakini sebagai
leluhur masyarakat adat Mego Pak di Tulangbawang.
Seberapa besar mitos dapat dipercaya sebagai fakta ilmiah?
Kita tahu persis, mitos sulit diterima sebagai realitas. Sekali pun mitos itu
telah hidup berabad-abad, tetap tidak bisa menjadi pegangan untuk menyatakan
realitas itulah yang sebenarnya terjadi.
Itu sebabnya, tak sedikit ahli yang ingin merekonstruksi sejarah berdasarkan
mitologi. Semua dilakukan agar jelas bagaimana realitas sebenarnya dari mitos
tersebut.
Di Lampung Barat, sekalipun penelitian yang komprehensif belum pernah
dilakukan--kecuali oleh seorang peneliti dari Inggris, dan buku hasil
penelitiannya dibawa ke Inggris--kita tak pernah tahu bagaimana nasib Buay Tumi.
Apakah Buay Tumi tumpas hingga tidak ada sisa? Apakah Buay Tumi dijadikan budak
oleh pengungsi dari Pagarruyung? Apakah Buay Tumi dibebaskan dan hidup merdeka?
Apakah mereka punya anak keturunan? Atau, sangat mungkin tak ada Buay Tumi.
Jika ada, tentu saja akan ada anak-keturunannya.
Yang jelas, mitos sering menyesatkan, mengelabui, dan membohongi. Mitos Ratu
Pantai Selatan dibuat untuk menakut-nakuti Belanda agar tak masuk ke Pulau
Jawa. Tapi, ternyata, Belanda memorak-porandakan Pulau Jawa